Rabu, 17 Agustus 2016

© Manufacture of Alumina from Bauxite

Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan rumus kimia Al2O3. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang pertambangan,  keramik dan teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan nama alumina.
Alumina adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang baik. Umumnya Al2O3 terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau α-aluminum oksida. Al2O3 dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat pemotong, karena sifat kekerasannya.
Alumina berperan penting dalam ketahanan logam aluminium  terhadap perkaratan dengan udara. Logam aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi dengan oksigen di udara. Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk Alumina, yang terbentuk sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan aluminium. Lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut. Ketebalan lapisan ini dapat ditingkatkan melalui proses anodisasi. Beberapa alloy (paduan logam), seperti perunggu aluminium, memanfaatkan sifat ini dengan menambahkan aluminium pada alloy untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi.
Al2O3 yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses oksidasi seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al2O3 dalam bentuk kristalin, yang meningkatkan kekerasannya.
Secara alami, Alumina terdapat dalam bentuk kristal corundum. Batu mulia rubi dan sapphire tersusun atas corundum dengan warna-warna khas yang disebabkan kadar ketidakmurnian dalam struktur corundum.
Alumina, atau alumina, merupakan komponen utama dalam bauksit bijih aluminium. Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal. Perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam produksi dari Alumina dan aluminium hidroksida misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri dari Al2O3, Fe2O3, and SiO2 yang tidak murni. Campuran ini dimurnikan terlebih dahulu melalui Proses Bayer.
Pada 1961 perusahaan  General Electric  mengembangkan Lucalox, alumina transparan yang digunakan dalam lampu natrium. Pada Agustus 2006, ilmuwan Amerika Serikat yang bekerja untuk 3M berhasil mengembangkan teknik untuk membuat alloy dari aluminium oksida dan unsur-unsur lantanida, untuk memproduksi kaca yang kuat, yang disebut alumina transparan.
Setiap tahunnya, 65 juta ton alumina digunakan, lebih dari 90%-nya digunakan dalam produksi logam aluminium. Aluminium hidroksida digunakan dalam pembuatan bahan kimia pengelolaan air seperti aluminium sulfat, poli aluminium klorida, dan natrium aluminat. Berton-ton alumina juga digunakan dalam pembuatan zeolit, pelapisan pigmen titania dan pemadam api.
Aluminium oksida memiliki kekerasan 9 dalam skala Mohr. Hal ini menyebabkannya banyak digunakan sebagai abrasif untuk menggantikan intan yang jauh lebih mahal. Beberapa jenis ampelas, dan pembersih CD/DVD juga menggunakan aluminium oksida.

Aluminium oksida adalah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen dengan rumus kimia Al2O3. Ini adalah yang paling umum terjadi dari beberapa oksida aluminium, dan secara khusus diidentifikasi sebagai aluminium (III) oksida. Hal ini biasa disebut alumina, dan bisa juga disebut aloxide, aloxite, atau alundum tergantung pada bentuk atau aplikasi tertentu. Hal ini terjadi secara alami dalam fase polimorfik α-Al2O3 kristalnya sebagai korundum mineral, varietas yang membentuk batu permata berharga ruby ​​dan safir. Al2O3 signifikan dalam penggunaannya untuk menghasilkan logam aluminium, sebagai abrasif karena kekerasannya membuatnya cocok untuk digunakan sebagai komponen dalam alat pemotong dan sebagai bahan tahan api karena titik leleh yang tinggi.
Al2O3 adalah isolator listrik namun memiliki konduktivitas termal yang relatif tinggi (30 Wm-1K-1 ) untuk bahan keramik. Aluminium oksida tidak larut dalam air.
Korundum adalah bentuk kristal yang paling umum yang terjadi secara alami dari aluminium oksida. Rubi dan safir adalah bentuk berkualitas permata korundum, yang berutang warna karakteristik mereka untuk melacak kotoran. Rubi diberikan karakteristik warna merah tua mereka dan kualitas laser mereka dengan jejak kromium. Safir datang dalam berbagai warna yang diberikan oleh berbagai kotoran lainnya, seperti besi dan titanium.
Aluminium oksida adalah zat amfoter, yang berarti dapat bereaksi dengan baik asam dan basa, seperti asam fluorida dan natrium hidroksida, bertindak sebagai asam dengan basa dan basis dengan asam, menetralkan lain dan memproduksi garam. 

REAKSI KIMIA
      
     Bauxite mengandung senyawa Al2O3, SiO2,  Fe2O3, TiO2 dan sisanya H2O. Prosentase kandungannya bervariasi secara umum adalah Al2O3 (47.5-55%), SiO2 (8%),  Fe2O3 (14.5-22.5%), TiO2 (2.5%) dan H2O (19.5%).  Senyawa Al2O3 dalam bauxite, membentuk komplek dengan air membentuk Al2O3.H2O (aluminum oxide monohidrat) dan Al2O3.3H2O (aluminum oxide trihidrat) jika ditulis rata-rata adalah Al2O3.2H2O (aluminum oxide dihidrat).
Alumina (aluminium oksida) dihasilkan oleh rangkaian proses yang cukup panjang yang disebut proses Bayer. Pertama bauxite direaksikan dengan sodium hidroksida di dalam reactor atau digestion dimana aluminium oksida hidrat (Al2O3.x H2O) akan terlarut membentuk sodium aluminat (NaAlO2). Reaksi ini dilakukan pada suhu diatas 150°C dan tekanan 25 atm. Konversi digestion ini sekitar 97% dengan waktu tinggal 30 menit. 
Persamaan reaksi digested:
      Al2O3.3H2O(s)    +  2 NaOH(aq)     ===>  2 NaAlO2(aq)  + 4 H2O(l) 
      Al2O3.H2O(s)      +  2 NaOH(aq)     ===>  2 NaAlO2(aq)  + 2 H2O(l)

Sodium aluminat NaAlO2  larut pada suhu di atas 150°C dan  tekanan 25 atm
Kemudian NaAlO2  diendapkan di Precipitator dengan menyerap air membentuk senyawa Al2O3.3H2O pada suhu 50°C.

Persamaan reaksi precipitated:
    2 NaAlO2(aq)  + 4 H2O(l)     ===>    Al2O3.3H2O(s)   +  2 NaOH(aq)

Aluminium oksida trihidrat (Al2O3.3H2O) selanjutnya dipanaskan di kiln pada suhu 1000°C untuk melepaskan senyawa hidrat membentuk aluminium oksida (Al2O3) atau alumina.

Persamaan reaksi di kiln:
Al2O3.3H2O(s)      ===>    Al2O3(s)   +  3H2O(g)  

URAIAN PROSES

Grinding
Bauxite dari gudang diumpankan ke dalam BallMill untuk mengecilkan ukuran padatannya menjadi lebih kecil dari 0.4 mm. Pada saat yang sama larutan sodium hidroksida dari Evaporator direcycle ke dalam BallMill. Grinding dilakukan secara wet grinding. Slurry yang keluar dari BallMill diumpankan ke dalam Reaktor. Dari tangki penyimpan diumpankan larutan sodium hidroksida 40% ke dalam Reaktor.
Reaktor
Kondisi operasi Reaktor adalah tekanan 25 atm dan suhu reaksi 200°C.  Pada kondisi operasi ini akan terjadi reaksi digested bauxite (aluminum oxide hidrat) dengan sodium hidroksida akan menghasilkan sodium aluminat dalam fase cair. Dan sodium aluminat hasil terlarut dalam air. Tidak ada reaksi samping yang terjadi, karena pengotor dalam bauxite (TiO2, SiO2) cenderung inert.
 Reaktor yang digunakan Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) ataupun reactor berpengaduk sistem Batch. Waktu reaksi sekitar 30 menit dengan konversi mencapai 97%. Reaksi bersifat endotermis (membutuhkan panas) maka untuk menjaga suhu reaksi sekitar 200°C dilakukan pemanasan menggunakan steam saturated dialirkan dalam coil yang tercelup dalam reactor.
Filter 01 (Filter Red Mud)
Hasil reaksi yang berupa slurry diumpankan ke dalam Rotary Drum Filter 01 (RDF-01). RDF-01 digunakan untuk memisahkan padatan SiO2, Fe2O3, TiO2 dan sisa Al2O3.3H2O dan Al2O3.H2O  dari larutan sodium aluminat. Cake ini biasa disebut red mud yang kemudian masuk ke unit pengolahan limbah.  Filtrat yang berupa larutan sodium aluminat dan sodium hidroksida diumpankan ke dalam Precipitator.
Precipitator
Di dalam Precipitator larutan diturunkan suhu dan tekanan menjadi 1 atm dan 50°C. Pada suhu yang rendah ini sodium aluminat NaAlO2 akan menyerap air dan membentuk senyawa aluminum oxide trihidrat (Al2O3.3H2O) yang tidak larut dalam air sehingga akan mengendap menjadi padatan.
Filter 02
Slurry yang keluar dari Precipitator dipisahkan di Rotary Drum Filter 02 (RDF-02). Diperoleh cake yang mengandung Al2O3.3H2O dan air serta filtrat yang mengandung sodium hidroksida dan air. Selanjutnya filtrate diumpankan ke dalam Evaporator dan cake diumpankan ke dalam Rotary Kiln.
Evaporator
Filtrate yang keluar dari RDF-02 akan dikurangi kandungan airnya dengan proses penguapan di Evaporator, sehingga diperoleh larutan sodium hidroksida yang lebih pekat. Larutan sodium hidroksida hasil kemudian direcycle kembali ke dalam BallMill.
Rotary Kiln
Cake yang keluar dari RDF-02 yang mengandung padatan Al2O3.3H2O dan air diumpankan ke dalam Rotary Kiln (RK). Suhu di dalam RK sekitar 1000°C dan hal ini akan menyebabkan air kompleks yang terikat dalam kristal akan lepas terurai dan menguap sehingga Al2O3.3H2O akan berubah menjadi Al2O3. Konsentrasi hasil Al2O3 keluar RK sekitar 99.5%. padatan hasil kemudian didinginkan di rotary cooler dan masuk packaging.


DIAGRAM ALIR










DATA UNTUK REAKTOR

Jenis : Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB / CSTR) atau Autoclave

☻Kondisi operasi

 Suhu: 200°C
 Tekanan: 25 atm
 Sifat reaksi: endotermis
 Kondisi proses: isotermal - non adiabatis
 Pemanas: steam saturated

☻ Kinetika reaksi
 
Reaksi digested bauxite (aluminum oxide hidrat) dengan sodium hidroksida akan menghasilkan sodium aluminat dalam fase cair, dan sodium aluminat hasil terlarut dalam air. Tidak ada reaksi samping yang terjadi, karena pengotor dalam bauxite (TiO2, SiO2) cenderung inert.

Persamaan reaksi digested:
      Al2O3.3H2O(s)    +  2 NaOH(aq)     ===>  2 NaAlO2(aq)  + 4 H2O(l)
      Al2O3.H2O(s)      +  2 NaOH(aq)     ===>  2 NaAlO2(aq)  + 2 H2O(l)
              
     Persamaan reaksi digested bauxite adalah reaksi order 2 dan dinyatakan dengan persamaan kecepatan reaksi :  
           rA = k.CA.CB
Harga konstanta kecepatan reaksi diberikan dengan:
k   =  26.2415 m3/kmol.jam
dengan:
rA     = kecepatan reaksi
 kmol/  m3.jam
CA     = konsentrasi Al2O3.3H2O
 kmol/  m3
CB     = konsentrasi NaOH
 kmol/  m3

Patent untuk pembuatan alumina dari Bauxite adalah: United States Patent No 4994244,  19 Februari 1991 dengan label: Process for producing alumina from bauxite

Patent lain untuk pembuatan alumina dari Bauxite adalah: United States Patent No 3401009,  10 September 1968 dengan label: Extraction of alumina from bauxite

Patent lain untuk pembuatan alumina dari Bauxite adalah: United States Patent No 4650653,  17 Maret 1987 dengan label: Production of alumina from gibbsite-bearing bauxite of low reactive silica content
Download United States Patent 4650653 

Rabu, 14 Zulqaidah 1437 H / 17 Agustus 2016 M
Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke 71. MERDEKA..!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar